Indonesia Harus Menghindari Perangkap Negara Berpenghasilan Menengah

Kajian Kebijakan Pembangunan 2014




Dalam satu dekade ke depan, Indonesia memiliki beberapa faktor yang bila disertai kebijakan yang baik bisa menjadi pendorong pertumbuhan yang besar: demografi dengan besarnya tenaga kerja; tren urbanisasi; serta perkembangan di Cina.

Indonesia menghadapi risiko melambatnya pertumbuhan dalam jangka panjang, karena pertumbuhan akhir-akhir ini didukung lingkungan eksternal yang mendukung, yaitu tingginya harga komoditas pada 2003-2011 disertai dengan suku bunga global yang rendah sejak tahun 2009.

Indonesia perlu tumbuh di atas 5 persen untuk menghindari masalah pengangguran yang serius. Dalam jangka panjang, pertumbuhan ekonomi di tas 5 persen diperlukan Indonesia agar naik menjadi negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2030.

Pertumbuhan masih belum merata. Antara tahun 1999 hingga 2012, tingkat kemiskinan turun separuh dari 24 persen menjadi 12 persen. Tetapi, 65 juta penduduk masih hidup di antara garis kemiskinan nasional ($1,25 per hari) dengan garis kemiskinan global ($2 sehari).

Mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja sangat penting karena akan membawa nilai lebih bagi tenaga kerja, mengurangi kerentanan pekerja terhadap hilangnya pekerjaan, dan memperkuat daya saing sektor swasta. Indonesia juga perlu lebih banyak menciptakan lapangan kerja di bidang manufaktur dan jasa tingkat atas.

Meningkatkan tata kelola mutu belanja pemerintah agar memberikan alokasi dana lebih besar untuk infrastruktur sangat penting. Salah satu pilihan penting pemerintah pusat adalah secara berangsur mengurangi subsidi bahan bakar yang besar untuk menyediakan pembiayaan belanja infrastruktur yang lebih besar. Pemerintah daerah bisa menyedian anggaran lebih besar untuk infrastruktur dengan melakukan realokasi anggaran yang kurang efisien.

Menutup kekurangan keterampilan akan memerlukan peningkatkan mutu pendidikan di semua tingkatan, serta memperluas dan meningkatkan mutu pusat-pusat pelatihan. Para lulusan lembaga pendidikan dan tenaga kerja perlu dibekali dengan keterampilan teknis dan perilaku yang tepat (disiplin, kehandalan, kerjasama, dan kepemimpinan).

Meningkatkan produktivitas melalui perubahan struktural atau sektor di Indonesia memerlukan perbaikan fungsi tenaga kerja, modal, serta pasar lahan. Perlu strategi industri yang konsisten yang dijalankan melalui kerja sama dengan sektor swasta.

Penduduk miskin, rentan, dan beberapa kelas menengah, memerlukan akses layanan umum yang lebih baik. Untuk meningkatkan layanan umum, perlu memperkuat akuntabilitas melalui berbagai tindakan baik di sisi permintaan maupun penyedia.

Sistem perlindungan sosial di Indonesia mulai menjalani transformasi besar, dan memiliki beberapa pilihan untuk mendanainya. Reformasi di bidang ini memerlukan kepemimpinan yang kuat karena banyaknya pemangku kepentingan yang terlibat dengan berbagai kepentingan, serta besarnya potensi dampak pada anggaran nasional, pasar tenaga kerja, dan ekonomi makro. Memperkuat program perlindungan sosial yang sudah ada menjadi komponen lain yang juga penting untuk menciptakan perlindungan sosial secara menyeluruh.

Indonesia harus terus meningkatkan manajemen risiko dan ketahanan terhadap bencana. Secara khusus, kota-kota Indonesia sangat rentan terhadap bencana alam akibat konstruksi yang pesat dan tidak ketatnya pemberlakuan regulasi gedung dan penetapan zona.

Kondisi kemiskinan di Indonesia

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat telah membantu menurunkan kemiskinan, tetapi tingkat penurunan melambat. Pulihnya pertumbuhan ekonomi pasca krisis finansial Asia pada tahun 1997-1998 telah membawa pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke jasa, serta terciptanya lapangan kerja di kota-kota. Tren ini telah berkontribusi pada berkurangnya kemsikinan dari 24% pada 1999 menjadi 11,4% pada wal 2013. Namun, tingkat penurunan kemiskinan mulai melambat. Pada tahun 2012 dan 2013, kemiskinan turun hanya sebesar 0,5% tiap tahun – terkecil dalam dekade terahir.

Banyak penduduk hidup sedikit di atas garis kemiskinan dan rentan jatuh miskin. Banyak penduduk Indonesia yang berhasil keluar dari kemiskinan masih hidup sedikit di atas garis kemiskinan. Pada tahun 2013, sekitar 28 juta penduduk hidup di bawah Rp 293.000 per bulan. Selain itu, 68 juta penduduk hidup sedikit di atas angka tersebut. Kejadian kecil bisa dengan mudah membuat mereka jatuh miskin, dan memang banyak keluarga keluar-masuk dari perangkap kemiskinan. Berdasarkan data tahun 2010, hampir setengah penduduk miskin tidak miskin pada tahun sebelumnya. Seperempat penduduk Indonesia mengalami kemiskinan setidaknya satu kali dalam tiga tahun.



Dukungan Bank Dunia dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia

Bank Dunia terus bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia dalam upaya mengentaskan kemiskinan. Riset mengenai kemiskinan dan pengentasan kemiskinan mencakup banyak bidang, seperti tren kemiskinan, bantuan sosial, jaminan sosial, program berbasis masyarakat, serta penciptaan lapangan kerja yang lebih banyak dan lebih baik. Kumpulan penelitian tersebut berfungsi sebagai dasar memberikan rekomendasi kebijakan serta dukungan lain dari Bank Dunia kepada Pemerintah Indonesia. Bank Dunia juga memberikan dukungan teknis untuk menerapkan program-program pemerintah. Misalnya, PNPM Support Facility memberikan dukungan analitis dan implementasi bagi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat.

No comments